PEROSES PEMBUDIDAYAAN JAMUR TIRAM
(catatan singkat berdasarkan pengalaman di lapangan)
Pembudidayaan jamur
tiram memiliki beberapa tahapan pengerjaan, dimana setiap tahapan tersebut
merupakan bagian penting dalam proses pembudidayaan jamur tiram itu sendiri.
Sebelum kita memasuki tahapan tersebut mari kota mengenal fase perkembangan dan
pertumbuhan jamur tiram, dimana ada lima fase yang harus dilalui dalam
pertumbuhan jamur tiram, yaitu F0, F1, F2, F3 dan F4 (F= filial atau turunan).
F0 merupakan tahapan
awal dalam pembibitan jamur tiram, dimana proses ini dilakukan didalam ruangan
yang steril dan bebas dari kontaminasi
jamur-jamur lain yang dapat menghambat pertumbuhan bibit jamur tiram itu
sendiri, biasanya fase 0 ini dilakukan dalam laboratorium mikrobiologi dan
bibit ini biasanya di peroleh dengan cara kultur jaringan yang di ambil dari
bagian indukan jamur dan kemudian di inokulasi ke dalam media agar (PDA), butuh
keahlian dan pengetahuan secara mendalam untuk proses pembibitan F0 ini
sendiri.
F1 sendiri merupakan
turunan dari F0, dimana fase 1 ini adalah penanaman bibit ke media yang diolah
untuk menajadi bibit siap pakai fase pertama dengan cara menanamkan bibit agar
(PDA) F0 ke media biji-bijian F1. Bibit atau F1 ini sendiri memiliki tingkat keberhasilan 99% apabila
langsung di tanamkan ke media fase ketiga atau F4 (media atau baglog steril dan
sesuai SOP).
F2 atau fase kedua
dari pembibitan jamur tiram ini hampir menyerupai perlakuan yang dilakukan dari
F0 ke F1, media yang digunakan pun sama dengan media yang digunakan F1, hanya
komposisinya saja yang berbeda dalam penanaman bibit ini. Perbedaan antara F1
dan F2 adalah tingkat kekentalan atau jumlah miselium bibit F1 dan F2 nya saja,
karena pada bibit pada F1 ini ditanamkan ke media bibit F2 dengan harapan bibit
mempunyai jumlah yang lebih bnyak untuk di teruskan pada F3 nantinya.
F3 ini pun hampir
menyerupai F1 dan F2, dimana turunan ke 3 ini memiliki fungsi yang sama dengan
F2 yaitu untuk memperbanyak jumlah bibit jamur itu sendiri, perbedaanyapun ada
pada komposisi media biji-bijiannya. F3 inilah yang biasa digunakan oleh para
petani untuk bibit tanam ke F4 atau baglog.
F4 atau turunan
terakhir dari bibit jamur tiram yang akan menghasilkan kamur tiram di baglog,
baglog ini di dominasi komposisi dari serbuk kayu yang di campur dengan dedak
dan kapur atau kalsium, sehingga yang sering diproduksi oleh para petani adalah
fase F4 ini atau turunan keempat ini.
Dalam catatan ini saya
menuliskannya khusus pada proses pembuatan dan penanaman bibit pada f4 dari
proses penanaman hingga siap panennya jamur tiram, apabila memungkinkan da nada
tempat untuk belajar bagaimana proses F0 hingga ke F3 mungkin akan saya
tuliskan di catatan selanjutnya.
Komposisi dari F4 atau
turunan keempat ini adalah serbuk kayu, dedak, dan kapur atau kalsium.
Bahan-bahan tersebut sangat mudah ditemukan di sekitar kita, sebelum kita
memulai membahas tentang proses pembuatannya ada baiknya kita harus memiliki
SOP (standard operational production) sehingga setiap pekerjaan memiliki
standard untuk menjamin kualitas sehingga dapat menekan tingkat kerugian yang
akan dialami dalam menjalani proses pembuatan media tanam.
Pembuatan baglog atau
penanaman bibit pada F4 ini memiliki beberapa tahap dan tahapan-tahapan
tersebut mebutuhkan proses serta kedisiplinan sehingga tingkat kegagalan dalam
proses penanaman dapat di minimalisir atau di kurangi. Adapun tahapan-tahapan
tersebut yaitu, di mulai dari proses pengadukan, pengisian baglog, proses
sterilisasi, proses inakulisi bibit dan akhirnya pertumbuhan miselium.
Proses pengadukan ini
bertujuan untuk membuat media tanam untuk bibit jamur tiram itu sendiri,
pengadukan sendiri memiliki komposisi campuran antara serbuk kayu, dedak dan
kapur (kalsium). Perbandingan semua komponen tersebut akan di jelaskan melalui
table berikut ini :
Serbuk Gergaji (Kg)
|
Dedak (Kg)
|
Kapur (Kg)
|
50
|
7,5
|
1
|
100
|
15
|
2
|
150
|
22,5
|
3
|
200
|
30
|
4
|
250
|
37,5
|
5
|
300
|
45
|
6
|
Proses pengadukan akan
di mulai dengan mengayak serbuk kayu, pengayakan ini bertujuan untuk memisakan
bagian serbuk kayu kasar yang berpotensi dapat merobek plastic baglog ketika
proses pengisian baglog nantinya. Apabila proses pengayakan sdah selesai serbuk
gergaji tersebut di campur dengan dedak dan kapur sesuai perbandingan komponen
yan tertera pada table di atas. Tujuan pencampuran dedak pada sebuk kayu tersebut
merupakan dalah satu nutrisi bagi jamur tiram yang akan tumbuh di media
tanamnya dan tujuan penccampuran kapur untuk selain untuk mengtrol kondisi ph
air yang asam juga untuk membuat adonan menjadi lebih padat dan melekat dengan
baik. Pengadukan ini sambil dberikan air dengan secukupnya dan aduk hingga
merata diseluruh adonan media tanam. Pengisian media ke dalam plastik dengan
memadatkan adonan dalam plasti kemudian ditutup menggunakan cincin khusus untuk
baglog.
Proses selanjutnya adalah proses sterilisasi
yang bertujuan agar media tanam menjadi steril dan membunuh jenis bakteri dan
jamur yang dapat merusak pertumbuhan jamur tiram ketika di tanam ke dalam
baglog. Proses sterilisasi ini memakan waktu kurang lebih 6-7 jam di sebuah
wadah dengan cara di kukus, dan diam kan baglog yang sudah di sterilkan untuk
dipersiapkan untuk proses selanjutnya yaitu inakulasi atau penanaman bibit pada
baglog, dengan demikian tinggal meletakan baglog yang sudah ditanam tersebut
ketempat yang gelap tapi cukup sahaya untuk memaksimalkan proses peyebaran
miseliumnya.
Penyebaran miselium yang merata
dapat di identifikasi melalui warna putih yang menyebar dari atas menuju
kebawah log hingga merata yang menyerupai warna putih pada tempe, untuk
mengidentifikasi log yang terkontaminasi ada beberapa cara, yang pertama
terbentuknya warna hitam yang merusak miselium atau seperti bercak2 hitam, yang
kedua dapat dilihat dari penyebaran warna putihnya, apabila warna putihnya
menyebar dari bawah log bukan dari atas tempat penaman bibit dapat dipastikan
bahwa log tersebut terkontaminasi oleh jamur lain, dan yang ketiga log yang di
inakulasi tidak tumbuh miselium.
Pemeliharaan jamur tiram ini, di
mulai saat miselium tersebut penuh dengan di buka cincin oenutup mulut log,
dengan tujuan tempat tumbuhnya tubuh buah jamur atau sering kita lihat batang
jamur. Cepat lambatnya pertumbuhan tubuh buah jamur ini sangat di pengaruhi
oleh tingkat kelembaban lingkungan kumbung, untuk itu kumbung perlu dilakukan
penyiraman 2-3 kali dalam sehari dengan tujuan untuk menjaga suhu dan
kelembaban lingkungan jamur itu sendiri. Cara penyiramannya pun memerlukan
perlakuan khusus seperti mengkondisikan pengembunan sesungguhnya sehingga
meminimalisir kemungkinan air masuk kedalam log secara langsung yang dapat
menyebabkan terhambatnya tumbuhnya tubuh jamur.
Kesimpulan yang dapat saya tarik
selama saya bekerja mempraktekan budidaya jamur tiram ini sangat di tentukan
oleh standar kerja kita, untuk memaksimalkan hasil hendaknya dalam setiap
tindakan dalam membudidayakan jamur tiram wajib mengikuti SOP yang berlaku,
sehingga bisa mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan.
0 komentar:
Post a Comment