Makalah
perkembangan hewan
Topik: Proses terjadinya
Organogenesis,Regenerasi dan Tahap Perkembangan Embrio
Disusun oleh:
Nama : ARANDA HAETA PUTRA
NIM : ACD 110 091
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDKAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini
yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “PROSES
PERKEMBANGAN ORGANOGENESIS, REGENERASI DAN TAHAP PERKEMBANGAN EMBRIO”
Makalah ini berisikan tentang informasi Proses
Perkembangan organogenesis, regenerasi dan tahap perkembangan embrio atau yang lebih khususnya membahas
penerapan perkembangan hewan. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua tentang proses Perkembangan
organogenesis, regenerasi dan tahap perkembangan embrio pada hewan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan yang maha esa
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Palangka Raya 3 desember 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Organogenesis adalah tahapan dimana
terjadi pembentukan organ-organ tubuh dari tiga lapisan diatas, yaitu ektoderm,
metoderm dan entoderm. Setiap lapisan membentuk organ yang berbeda. Ektoterm
membentuk lapisan epidermis pada gigi, mata dan saraf pendengaran. Mesoderm
membentuk sistem respirasi, pericranial, peritonial, hati dan tulang. Sedangkan
entoterm membentuk sel kelamin dan kelenjar endokrin.
Dalam proses pembuahan, spermatozoa masuk ke dalam telur melalui lubang
microphyle yang terdapat pada chorion. Tiap spermatozoa mempunyai kesempatan
yang sama untuk membuahi satu telur. Telur dan sperma yang baru dikeluarkan
dari tubuh induk, mengeluarkan zat kimia yang berguna dalam proses pembuahan
(Effendie,1997).
Fertilisasi dapat didukung oleh kualitas spermatozoa yang baik. Untuk
mengetahui tingkat fertilisasi yang lebih tinggi, perlu dicari larutan
fisiologis yang dapat menambah daya mortilitas dan viabilitas spermatozoa.
Menurut rustidja (1985) penggunaan larutan fisiologis yang mengandung NaCl dan
urea dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa antara 20-25 menit.
Regenerasi
adalah menumbuhkan kembali bagian tubuh yang rusak atau lepas. Daya regenerasi
paling besar pada echinodermata dan platyhelminthes yang dimana tiap potongan
tubuh dapat tumbuh menjadi individu baru yang sempurna. Pada Anelida kemampuan
itu menurun. Daya itu tinggal sedikit dan terbatas pada bagian ujung anggota
pada amfibi dan reptil. Pada mamalia daya itu paling kecil, terbatas pada
penyembuhan luka.
Dalam organisme
yang berkembang biak secara seksual, ketika satu sel sperma membuahi ovum,
hasilnya adalah satu sel yang disebut zigot
yang memiliki seluruh DNA dari kedua orang tuanya. Dalam tumbuhan, hewan, dan
beberapa protista, zigot akan mulai membelah oleh mitosis untuk menghasilkan organisme multiselular. Hasil dari
proses ini disebut embrio.
Pada manusia,
terbentuk embrio (mudigah) antara umur 3-5 minggu masa kehamilan dan sudah
tampak rancangan bentuk alat-alat tubuh.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah
proses perkembangan organogenesis?
2.
Seperti apakah
proses perkembangan regenerasi?
3.
Bagaimanakah
tahap perkembangan embrio?
C. Tujuan
Tujuan dari hasil makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen
kepada kami sebagai mahasiswa, selain itu juga dapat sebagai referensi bagi
adik tingkat kami sebagai panduan pembuatan makalah selanjutnya dan besar
harapan saya dapat bermanfaat bagi masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Organogensis
Organogenesis adalah tahapan dimana
terjadi pembentukan organ-organ tubuh dari tiga lapisan diatas, yaitu ektoderm,
metoderm dan entoderm. Setiap lapisan membentuk organ yang berbeda. Ektoterm
membentuk lapisan epidermis pada gigi, mata dan saraf pendengaran. Mesoderm
membentuk sistem respirasi, pericranial, peritonial, hati dan tulang. Sedangkan
entoterm membentuk sel kelamin dan kelenjar endokrin.
Awal perkembangan dimulai saat pembuahan (fertilisasi) sebuah sel telur
oleh sel sperma yang membentuk zygot (zygot). Gametogenesis merupakan fase
akhir perkembangan individu dan persiapan untuk generasi berikutnya. Proses
perkembangan yang berlangsung dari gametogenesis sampai dengan membentuk zygot
disebut progenesis. Proses selanjutnya disebut embriogenesis (blastogene) yang
mencakup pembelahan sel zygot (cleavage), blastulasi, gastrulasi, dan
neurulasi. Proses selanjutnya adalah organogenesis , yaitu pembentukan
alat-alat (organ) tubuh. Embriologi mencakup proses perkembangan setelah
fertilisasi sampai dengan organogenesis sebelum menetas atau lahir. (Effendie,
1997)
Cleavage yaitu tahapan proses pembelahan sel. Proses ini berjalan teratur dan
berakhir hingga mencapai balastulasi. Bisa juga dikatakan proses pembelahan sel
yang terus menerus hingga terbentuk bulatan, seperti bola yang di dalamnya
berisi rongga. Gastrulasi merupakan proses kelanjutan blastulasi. Hasil proses
ini adalah terbentuknya tiga lapisan, yaitu ektoderrm, modeterm dan entoderm.
Organogenesis adalah tahapan dimana terjadi pembentukan organ-organ tubuh dari
tiga lapisan diatas, yaitu ektoderm, metoderm dan entoderm. Setiap lapisan
membentuk organ yang berbeda. Ektoterm membentuk lapisan epidermis pada gigi,
mata dan saraf pendengaran. Mesoderm membentuk sistem respirasi, pericranial,
peritonial, hati dan tulang. Sedangkan entoterm membentuk sel kelamin dan
kelenjar endokrin. (Anonim,2008)
Kebanyakan telur ikan-ikan
pelagis laut dibuahi secara eksternal dan melayang di dekat permukaan laut.
Telur ini berkisar 0,5-5,5 mm dalam diameter. Periode embrionik dapat dibagi
menjadi tiga tahap yaitu periode awal yang merupakan fertilisasi untuk
penutupan bastopore. Periode tengah yaitu waktu penutupan blastopori dan ekor
lateral mulai menjauh dari sumbu embrionik dan periode akhir dimana waktu ekor
melengkung dari sumbu embrionik. Pada setiap spesies terdapat sedikit variasi
telur karakter telur seperti ukuran, jumlah dan ukuran gelembung-gelembung
minyak, permukaan korion, kuning telur, pigmentasi, dan morfologi dari
perkembangan embrio yang meliputi anatomi dan morphometric tahap awal telur
ikan. (Anonim, 2008).
Sperma didefinisikan
sebagai larutan spermatozoa yang berada di dalam larutan seminal dan dihasilkan
oleh hidrasi testes, atau salah satu bagian dari alat reproduksi ikan.
Pengertian semen berbeda dengan sperma. Secara keseluruhan, cairan putih dan
kental yang dikeluarkan dari alat kelamin lelaki saat ejakulasi disebut semen.
Sedangkan “makhluk” kecil yang berenang-renang di dalam semen disebut spema.
(Anonim,1999)
Spermatozoa merupakan sel padat dan sangat khas, tidak tumbuh atau membai diri
serta tidak mempunyai peranan fisiologis apapun pada hewan yan menghasilkannya,
semata-mata hanya untuk membuahi telur pada jenis yang sama.(Effendie,2003)
Secara morfologis spermatozoa terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian kepala dan
bagian ekor, pada bagian kepala mengandung bahan genetik (inti sel) yang
dilapisi oleh akrosom dan membran plasma, bagian ekor terdiri dari bagian
tengah yang mengandung mitokondria, bagian utama dan bagaian ujung terdiri dari
fibril-fibril
morfologi spermatozoa ikan mas sangat sederhana, terdiri dari kepala dan ekor.
Bagian kepala berbentuk membulat (spherical) dan bagian leher mengalami
reduksi, cahaya memanjang 10 sampai 20 kali dari panjang ekornya. Ekor sperma
berguna sebagai organ renang. Pada saat di keluarkan dari alat kelamin jantan,
spermatozoa beada dalam seminal plasma. Campuran seminal plasma dengan
spermatozoa disebut milt. Inti spermatozoa terdapat pada bagian kepala yang
mengandung kromosom, dan tiap kromosom mengandung gen pembawa sifat.
( Anonim, 1999).
2.
Regenerasi
Regenerasi
adalah kemampuan untuk memperbaiki sel, jaringan atau bagian tubuh yang rusak,
hilang atau mati.
hewan tingkat tinggi ⇒ terbatas
pada jaringan
hewan tingkat rendah ⇒ dapat
sampai pada tingkat organ
Proses Regenerasi
Regenasi meliputi tiga cara:
Pertama
lewat mekanisme yang melibatkan dediferensiasi struktur dewasa untuk
membentuk masa sel yang terdiferensiasi. yang kemudian direspesifikasi.
Tipe regenerasi seperti ini disebut regenerasi epimorfis, dan ini khas
pada regenerasi membra.
Mekanisme
regenerasi kedua disebut mofolaksis. Regenerasi semacam ini terjadi lewat
pemolaan kembali jaringan yang masih ada (tersisa), yang tidak disertai dengan
perbanyakan sel. Regenarasi mofolaksis terjadi pada Hydra.
Tipe
regenerasi ketiga adalah regenerasi intermediet, dan diduga sebagai regenerasi
konsenpatori. Pada regenerasi ini, sel-sel membelah, tetapi mempertahankan
fungsi sel yang telah terdiferensiasi. Tipe regenerasi konsenpatori khas pada
hati manusia .
Proses-proses
umum yang terjadi pada regenerasi bagian yang putus atau rusak yaitu :
Darah
mengalir menutupi luka, kemudian membeku dan membentuk “scab”.
Epitel
kulit menyebar di permukaan luka, dari bawah “scab”. Sel-sel epitel itu
bergerak secara amuboid dan membutuhkan beberapa hari agar kulit lengkap
menutupi luka.
Dediferensiasi
sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga jadi bersifat muda kembali dan
pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matrix tulang dan
tulang rawan melarut. Sel-selnya lepas dan tersebar di bawah epitel. Serat
jaringan ikat juga berdisintegrasi dan sel-selnya berdiferensiasi semua.
Akhirnya tak dapat lagi dibedakan mana sel yang berasal dari tulang, tulang rawan,
atau jaringan ikat disusul oleh sel-sel otot berdiferensiasi, serat myofibril
hilang, inti membesar, dan sitoplasma menyempit.
Pembentukan
blastema, yaitu kuncup regenerasi pada permukaan bekas luka “scab”
mungkin sudah lepas waktu ini. Blastema besar dari penimbunan dari sel-sel
dediferensiasi.
Proliferasi
sel-sel dediferensiasi secara mitosis, proliferasi ini serentak dengan
proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema dalam besarnya yang
maksimal, dan waktu itu tak membesar lagi.
Rediferensiasi
sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel
blastema itu.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi petumbuhan dan perkembangan hewan dapat dibagi menjadi
dua,
faktor internal
Faktor eksternal.
Faktor
internal meliputi gen dan hormon. Faktor eksternal meliputi air, makanan
dan cahaya.
Faktor
Internal
Hormon
merupakan senyawa organik yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan hewan
adalah hormon somatotrof (hormon pertumbuhan). Bila hewan kekurangan hormon
pertumbuhan, maka pertumbuhan akan terhambat sehingga badannya kerdil. Bila
kelebihan hormone pertumbuhan, maka akan mengalami pertumbuhan raksasa.
Gen
merupakan faktor keturunan yang diwariskan dari orang tua (induk) kepada
keturunannya. Gen akan mengendalikan pola pertumbuhan dan perkembangan hewan
Faktor
eksternal
Makanan Makanan
sangat diperlukan oleh hewan maupun makhluk hidup lainnya.Makanan digunakan
sebagai zat pembangun tubuh dan sumber energi.
Air merupakan
pelarut dan media untuk terjadinya reaksi metabolisme tubuh. Reaksi metabolisme
ini akan menghasilkan energi, membantu pembentukan sel-sel yang baru, dan
memperbaiki sel-sel yang rusak. Cahaya Matahari Cahaya matahari
sangat diperlukan dalam pembentukan vitamin D. Vitamin itu diperlukan
dalam pembentukan tulang.
3.
Tahap Perkembangan
Embrio
Tahap awal
perkembangan ternak mamalia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel
sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi
akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan akan
melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan
perkembangan menjadi embrio.Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio
dibedakan menjadi 2 tahap yaitu :
Fase
Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa
embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya
janin di dalam tubuh induk betina.
Fase
fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan
menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage)
Tiga fase embrionik yaitu :
1. Morula
Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel
terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah
rapat.Morulasi yaitu proses terbentuknya morula
2. Blastula
Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami pembelahan.
Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan
pelekukan yang tidak beraturan. Di dalam blastula terdapat cairan sel yang
disebut dengan Blastosoel.Blastulasi yaitu proses terbentuknya blastula.
3. Gastrula
Gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya sudah
semakin nyata dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga tubuh.
Gastrula pada beberapa hewan tertentu, seperti hewan tingkat rendah dan hewan
tingkat tinggi, berbeda dalam hal jumlah lapisan dinding tubuh embrionya.
Triploblastik yaitu hewan yang
mempunyai tiga lapisan dinding tubuh embrio, berupa ektoderm, mesoderm dan
endoderm. Hal ini dimiliki oleh hewan tingkat tinggi seperti Vermes, Mollusca,
Arthropoda, Echinodermata dan semua Vertebrata.Diploblastik yaitu hewan yang
mempunyai 2 lapisan dinding tubuh embrio, berupa ektoderm dan endoderm.
Dimiliki oleh hewan tingkat rendah seperti Porifera dan Coelenterata.Gastrulasi
yaitu proses pembentukan gastrula.
Organogenesis yaitu proses
pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup. Organ yang dibentuk ini
berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula.
1. Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem
saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera.
2. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon),
alat reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi
seperti ren.
3. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar
pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo.
Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh
embrio dalam pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup.Lapisan mesoderm
dengan lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam pembentukan kelopak
mata.
Implantasi adalah suatu proses melekatnya blastosis
ke endometrium uterus diawali dengan menempelnya embrio pada permukaan epitel
endometrium, menembus lapisan epitelium selanjutnya membuat hubungan dengan
sistem sirukulasiinduk. Implantasi pada manusia terjadi 2-3 hari setelah telur
yang telah dibuahi memasuki uterus atau 6-7 hari setelah terjadinya fertilasi
dimana ditandai dengan menempelnya blastosis pada epitel uterus. Dalam sistem
reproduksi manusia, implantasi merupakan proses yang harus dilalui, dan
keberhasilan proses ini membutuhkan kesiapan, koodinasi dan interaksi yang
terus-menerus antara embrio dan induk. Endometrium banyak mengandung selama
darah kaya akan gilikogen. sel-sel stroma terutama disekitar pembuluh darah
mengalami hipertrofi keadaan ini sangat baik untuk implantasi dan pertumbuhan
dari hasil konsepsi. Fetusakan mendapatkan nutrisi melalui plasenta/ari-ari.
Embrio dilindungi oleh selaput-selaput yaitu :
1. Amnion yaitu selaput yang berhubungan langsung dengan embrio dan
menghasilkan cairan ketuban. Berfungsi untuk melindungi embrio dari guncangan.
2. Korion yaitu selaput yang terdapat diluar amnion dan membentuk jonjot yang
menghubungkan dengan dinding utama uterus. Bagian dalamnya terdapat pembuluh
darah.
3. Alantois yaitu selaput terdapat di tali pusat dengan jaringan epithel
menghilang dan pembuluh darah tetap. Berfungsi sebagai pengatur sirkulasi
embrio dengan plasenta, mengangkut sari makanan dan O2, termasuk zat sisa dan
CO2.
4. Sacus vitelinus yaitu selaput yang terletak diantara plasenta dan amnion.
Merupakan tempat munculnya pembuluhdarah yang pertama.
B. Implantasi
Implantasi pada mamalia biasanya uterus membentuk suatu reaksi decidua sebagai
respon. Di dalam kejadian ini stroma endometrium, sel fibroblastik
ditransformasikan ke dalam bentuk sel decidua khusus. Sel ini ditandai dengan
penonjolan epithelloid, kehadiran imti poliploid, akumulasi glikogen dan lipid
di dalam sitoplasma, pembentukan banyak lisosom dan terjadi kontak antara sel
dengan suatu hubungan yang kompleks. stroma endometrium ini akan menjadi
edemtus sebab terjadi vasodilatasi dan penambahan permiabilitas pembuluh
kapiler, peningkatan mitosis dan kegiatan metabolisme.
Menurut
Partodihardjo (1980), implantasi berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap ini
adalah tahap persentuhan embrio dengan endometrium, terlepasnya zona pelusida,
pergeseranatau pembagian tempat dan yang terakhir ada1ah pertautan antara
trofoblas dengan epitel endometrium. Tahap pelepasan zona pelusida adalah
penting karena zona pe1usida merupaluran suatu penghalang untuk imp1antasi.
Terlepasnya zona pelusida ada1ah sebagai aktivitas dari enzim proteolitik dari
airan uterus. Pelepasan zona pelusida terjadi sebelum trofoblas melekat pada
endometrium.
C. Peran Hormon Progesteron dan
Oestradiol
Pada
masa awal kebuntungan progesteron dari korpus luteum inisangat diperlukan.
Setelah masa transisi, plasenta mengambil alih peran korpus luteum
danmenghasilkanprogesteron. Sintesi progesteron plasenta sangat bergantung pada
hubungan antaramaternal dan plasenta. Sumber utama sintesis protein progesteron
adalahkolesterol. Kolesterol ini masuk kedalam sitoplasma.Pengaruh-pengaruh
khusus progesteron yang penting untuk kemajuan kehamilanyang normal adalah
sebagai berikut:
Progesteron menyebabkan sel-sel
desidua tumbuh di endometrium uterus,dan sel-sel ini memainkan peranan penting
dalam nutrisi embrio awal.
Progesteron menurunkan
kontraktilitas uterus gravid ,jadi mencegahkontraksi uterus yang menyebabkan
abortus spontan.
Progesteron juga membantu
perkembangan hasil konsepsi bahkan sebelumimplantasi,karena progesteron secara
khusus meningkatkan sekresi tubafallopii dan uterus menyediakan bahan nutrisi
yang sesuai untuk perkembangan morula dan blastokista.
Progesteron yang disekresikan selama
kehamilan juga membantu estrogenmempersiapkan untuk laktasi.
Seperti hal nya hormone oestradiol yang disekresi dari folikel ovarium,
korpus luteum (sel sertoli). Sinyal pensekresi berupa FSH. Oestradiol berfungsi
pada ternakbetina untuk mengatur sekresi gonadotropin pada siklus ovarian dan
pada pria untuk umpan balik negatif pada sintesis testosteron oleh sel Leydig.
Hasil penelitian yang
dilakukan oleh G. E. Mann and G. E. Lamming (2001) menyatakan bahwa hormone
progresteron dan oestradiol sangat dibutuhkan selama perkembangan fetus di
dalam uterus. Penelitian yang menggunakan 33 ekor indukan sapi Fries Holstein
yang tidak mengalami laktasi. Untuk melakukan sinkronisasi estrus maka ternak
beberikan hprmon PGF2α. Hormon yang digunakan sebagai bahan percobaan adalah
hormon progesterone, oestradiol, danPGFM (PGF2α). Pengaruh hormon progesteron
dan oestradiol ini berpengaruh terhadap perkembangan embrio. Selama
perkembangan embrio, meski terdapa perkembangan folikel, namun karena kandungan
progresteron yang tinggi maka akan menekan produksi hormon estrogen.
Kekurangan hormon progesterone dalam
maka akan berdampak pada kegagalan kebuntingan. Pemberian progesterone akan
mengurangi kegagalan kebuntingan, hal tersebut dikarenakan perkembangan embrio
sangat berkaitan dengan kandungan hormone progresteron. Pemberian hormon
progesterone dapat dilakukan pada saat awal fase luteal .Namun dengan kadar
hormon progesterone dan oestradiol ini mengakibatkan fertilisasi yang tertunda.
Selain hormon progesterone, kebuntingan pada sapi ini juga dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan dari hormon-hormon endocrine. Namun karena penelitian ini
hanya berlangsung selama 16 hari, maka tidak dapat menjelaskan secara langsung
peran penambahan hormone progesterone dan oertradiol pada masa perkembangan
fetus.
Hormone progesterone juga berperan dalam preparasi
endometrium untuk implantasi. Maturasi endometrium yang tidak kuat dapat
menyebabkan infertilisasi. Pemberian anti progestin meferistone dan onapristone
selama fase luteal dapat menghambat meturasi endometrium dan implantasi embrio.
Progesterone juga berperan dalam menjaga viabilitas embrio. Namun dalam
reseptivitas maturasi endometrium tidak membutuhkan banyak hormone
progesterone. Kinerja progresteron juga dipengaruhi oleh system metabolism
hormone, dan dipengaruhi oleh efek dari ko activator dan repressor.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari
hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa semua proses dalam
keberlangsungan dan pembentukan embrio semuanya saling bersangkutan antara satu
proses dengan proses yang selanjutnya, sehingga bila terjadi kerusakan pada
proses pertama akan berpengaruh padaperkembangan embrio yangselanjutnya. Karena
itulah dari sejak perkembangan embrio yang pertama pada mahluk hidup harus
berjalan lancar dan normal agar tidak terjadi kerusakan senjutnya.
Daftar pustaka.
G. E. Mann
and G. E. Lamming. 2001. Relationship between maternal endocrine environment,
early embryo development and
inhibition of the luteolytic mechanism in cows. Vol. 121, 175–180
Partodihardjo,
S. 1980. Ilmu Reprodksi Hewan. Mutliara. Jakarta.